Belajarlah karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, juga keutamaan dan tanda bagi setiap sesuatu yang terpuji.Jadilah dirimu dapat mengambil faedah dari ilmu setiap harinya, dan berenanglah engkau dalam lautan kemanfatan (Imam al-Zarnuji, Ta’lîm al-Muta’alim, Beirut:halaman 61)
Jakarta - Adab mencari ilmu menjadi bagian penting dalam menuntut ilmu yang pada dasarnya diwajibkan bagi tiap muslim. Mengenai kewajiban tersebut, Rasulullah SAW memberikan penegasan dalam hadits berikut,طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍArtinya "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim," HR Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir No 3913.Demi memperoleh ilmu yang bermanfaat sekaligus pahala di sisi Allah SWT, tentunya seorang muslim pun harus memperhatikan adab mencari ilmu. Apa saja?Mengutip Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum karya Furqon Syarief Hidayatulloh dan publikasi Seven Golden Etiquettes for Seekers of Knowledge karya Ali Quraya, setidaknya ada 8 adab yang harus diperhatikan oleh muslim yang tengah menuntut Meluruskan niat niatus shalihahNiat yang baik menentukan kualitas dan hasil yang tengah dikerjakan seorang muslim. Sebaik-baiknya niat adalah menjadikan momen mencari ilmu hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan bukan penghargaan niat telah diingatkan Rasulullah SAW kepada para umatnya dalam hadits yang berbunyi,إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِArtinya "Sebuah perbuatan dinilai berdasarkan motivasinya niyyah, dan tiap orang mendapatkan apa yang diniatkan. Mereka yang hijrah karena Allah dan RasulNya maka Allah SWT dan RasulNya akan membalas orang tersebut, namun mereka yang hijrah karena hal yang bersifat duniawi atau wanita yang akan dinikahi maka dia akan mendapatkan hal tersebut." HR Bukhari dan Muslim.2. Melakukan yang terbaik ihsanSelain niat karena Allah SWT, usaha terbaik harus dilakukan tiap muslim saat menuntut ilmu. Usaha terbaik ihsan akan mendapat hasil yang juga baik sesuai hadits Rasulullah SAWإِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُArtinya "Sungguh Allah SWT telah menetapkan ihsan dalam segala hal. Jika kalian berperang maka lakukanlah yang terbaik. Jika sedang menyembelih hewan maka lakukan juga usaha terbaik. Salah satu dari kalian mengasah pisaunya, sedangkan yang lain menenangkan hewan yang akan disembelih." HR Tirmidzi.3. TawakalSetelah melakukan usaha terbaik, tiap muslim menyerahkan hasilnya sesuai ketentuan Allah SWT sesuai sifat tawakal. Syekh Shahhat bin Mahmud Ash Shawi mengungkapkan, tawakal artinya percaya sepenuhnya kepada Allah yang ditetapkanNya atas usaha dalam mencari ilmu, seorang muslim sudah sepatutnya menerima hal itu dengan keikhlasan. Sebab, semua yang dikehendaki Allah SWT pasti mengandung hikmah di Menaati perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNyaSudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk memerhatikan aturan yang telah disyariatkan dalam Islam dan meningkatkan ketaatannya kepada Allah dan rasulNya. Terutama dalam hal melakukan pengembangan تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًاArtinya "Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al-Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." QS An Nisa 59.Guru dari seorang imam besar mazhab Imam Syafi'i, Waqi, menyarankan muridnya untuk berhenti melakukan dosa. Menurut Waqi, pengetahuan adalah cahaya Allah SWT dan Allah SWT tidak mau cahayanya menyinari Berdoa supaya terhindar dari malas dan kesulitanAdab mencari ilmu dalam Islam selanjutnya adalah berdoa supaya terhindari dari malas dan kesulitan saat menuntut ilmu. Berikut doanya,اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِBacaan latin Allaahumma inni a`oodhu bika minal-hammi wal-ḥazani wal-`ajzi wal-kasali wal-bukhli wal-jubni wa ḍala`id-dayni wa ghalabatir-rijaalArtinya "Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kecemasan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sesat dan pengecut, beban hutang dan dari penguasaan manusia."Jika menemui kesulitan, doa ini bisa dibaca untuk memohon bantuan dari Allah SWTاللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاًBacaan latin Allahumma laa sahla illa maa ja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna idza syiita sahlaaArtinya "Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Kau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan kesulitan, jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah."6. Berprasangka baik pada Allah SWT husnudhanSetiap muslim yang mencari ilmu diharapkan untuk senantiasa berprasangka baik atas ketetapan Allah SWT. Sekalipun hasil dari proses pembelajaran dan pengembangan ilmu tidak sesuai dengan yang أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَArtinya "Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." QS Al Baqarah 216.7. Mengamalkan ilmu yang dimiliki al-amalu fil 'ilmiKeutamaan dari orang yang berilmu dalam Islam diukur dari bagaimana ia mengamalkan ilmu tersebut. Bukan seluas apa ilmu yang telah dimilikinya. Rasulullah SAW pernah bersabda,"Celakalah orang yang tidak berilmu, dan celaka pula orang yang berilmu namun tidak mengamalkannya," HR Abu Nu'im.8. Banyak bertanyaTerakhir yang termasuk dalam adab mencari ilmu dalam Islam adalah banyak bertanya seputar ilmu yang tidak dapat dipahami olehnya. Ayat Al Quran sendiri mengisyaratkan bahwa bertanya dianjurkan bagi yang tidak mengetahui saat menuntut berfirman dalam surat An Nahl ayat 43,فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَArtinya "maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."Jadi, jangan lupa terapkan 8 adab mencari ilmu dalam Islam di sekolah atau pun kampusmu ya, detikers! Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] rah/lus
Androidএর জন্য Terjemah Kitab Ta'lim Muta'allim 1.0.0 APK ডাউনলোড৷ Book study groups work Muta'allim Al Allama ash-Syaikh Burhanuddin Az-Zanurji. BN English Português Español Pусский العربية‎ 中文(简体) 中文(繁體) हिन्दी Indonesia Italiano Nederlands
Syarat-syarat mencari ilmuاَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍELINGO DAK KASIL ILMU ANGING NEM PERKORO. BAKAL TAK CERITAAKE KUMPULE KANTI LIMPAT LOBA SOBAR ONO PIWULANGE GURU LAN SING SUWE MANGSANEartinya Ingatlah.. tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6[enam] syarat, yaitu cerdas,semangat,sabar,biaya,petunjuk ustadz dan waktu yang lama KeteranganIlmu yang manfaaat adalah ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketakwaan kepada Allah subhanahu wataala,ilmu yang adalah nur ilahi yang hanya diperuntukkan bagi hamba-hambanya yang soleh, ilmu manfaat inilah yang tidak mungkin bisa di dapatkan kecuali dengan adanya 6 syarat yang harus di lengkapi para pencarinya, adapaun 6 syarat tersebut adalah 1. Cerdasartinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi,walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang gila atau orang yang ideot yang memang akalnya sudah tidak bisa menerima ilmu maka sulitlah mereka mendapatkan ilmu manfaat, namun perlu di ingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu yang tidak bisa meningkat,kalau menurut orang-orang tua, akal kita adalah laksana pedang,semakin sering di asah dan di pergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam,adapun bila di diamkan maka akan karatan dan tumpul,begitupula akal kita semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya dan bila di biarkan maka tumpul tidak akan mampu menerima ilmu apapun Semangatartinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan dalam Sabarartinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membenci pada mereka,apa yang di kehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan,maka syetan sangat bernafsu sekali menggoda pelajar agar gagal dalam pelajarannya,digodanya mereka dengan suka pada lawan jenis,dengan kemelaratan,dan lain-lain .4. Biayaartinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir,imam syafii adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,5. Petunjuk ustadzartinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama] barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah لقال من قال بماشاء السند لولا andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Quran kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan kepada para tabiin, lalu para tabiin menyampaikan pada tabii at-tabiin dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama mutaakhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa taala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,6. Lamaartinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar,
KitabAdab Al-‘Alim wal Muta’allim (etika orang berilmu dan pencari ilmu) merupakan salah satu dari kitab Kiai Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari. Pembahasan dalam kitab ini setidaknya bisa diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bagian. Bagian pertama membahas tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya syarat mencari ilmu dalam kitab alala merupakan pembahasan yang sudah cukup populer. Syarat mencari ilmu ini ada di nadhom kedua dari kitab alala tersebut. Berturut turut, pintar, semangat, sabar, punya biaya, ada guru, dan lamanya waktu. Ke enam tersebut merupakan syarat yang terdapat pada nadhom alala tersebut. Kiranya bagian ini sudah cukup jelas, sehingga tinggal bagaimana pelaksanaan dari para pencari ilmu untuk menerapkannya kedalam bagian mencari ilmuManfaat mencari ilmu menurut kitab alala terdapat pada nadhom ketuju dari kitab alala. pada nadhom ini disebutkan terdapat tiga manfaat yang didapat dari mencari ilmu. Manfaat yang pertama adalah dapat menjadikan pemilik ilmu lebih unggul daripada yang tidak memiliki ilmu. Selain itu, Pemilik ilmu akan mendapatkan ketaqwaan yang lebih meningkat dibandingkan sebelumnya ketika masih belum belajar. Selain itu pada nadhom ke 17, disebutkan bahwa pemilik ilmu akan hidup abadi. Maksud dari abadi adalah, namanya akan tetap ada meskipun orangnya sudah tidak lagi ada. Namanya tetap disebut sebut oleh orang lain. Hal ini sangat berbeda dengan orang bodoh. Kehidupannya dianggap tidak ada karena dianggap telah mati oleh orang إِلَى سَأْوِ الْعُلَى حَرَكَاتٍ وَلَكِنْ عَزِيزٌ فِي الرِّجَالِ ثَبَاتُlikuli ila sakwil ula kharakatun, walakin azizun firijalisemua orang menginginkan derajat yang luhur, tetapo hanya sedikit orang saja yang bersungguh sungguhkabih wong maring derajat luhur ubahe ati, tapine kedik poro rajul iku netepiاذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبُ خِيَارِهِمْ وَلَاتَصَحَّبَ الَارْدَى فَتَرَدَّى مَعَ الرُّدَىidza kunta fi qaumin fashohib khiyarahum, wala tashibil arda fatarda ma'a ridaapabila kamu bertemu sebuah kaum, maka bertemanlah orang yang bagus pada kaum tersebut, dan jangan berteman dengan orang yang kurang bagus. Sebab nantinya di surga, kamu akan diikutkan orang yang tidak bagusnalika ana siro iku wewaran kaum, mangka ngancanan sira ing bagus e kaum. lan aja esuk ngancani sira ing wangkan asor, mangka sebab den surga serto kang Mencari IlmuLalu bagaimana dengan etika dalam mencari ilmu dalam kitab alala itu? Untuk etika kepada guru tersirat pada nadhoman ke 21. Dimana pencari ilmu memiliki kewajiban untuk mendahulukan guru dibanding orang tua, apapun alasannya. Hal ini didasari karena guru merupakan seorang yang telah mendidik raga dari pencari ilmu. Selain itu, dalam nadhom kitab alala nomer 34 pencari ilmu lebih baiknya berhijrah. Berhijrah dalam artian keluar dari kota atau desa tempat tinggalnya ke daerah lain. Dengan hijrah ini beberapa manfaat bisa diperoleh oleh para pencari ilmu. berhijrah bagi para pencari ilmu memiliki manfaat tersendiri, diantaranya adalah hilangnya kesusahan, bertambahnya rizqi yang diperoleh, bertambahnya ilmu yang merupakan sumber kebahagiaan, serta makin bagusnya tata krama, dan terakhir menjadikan memiliki banyak teman yang mulia. Sesuai dengan penjelasan, bisa jadi bagi para pencari ilmu yang menetap didesanya akan berkurang kelima manfaat itu. Dan ketika telah mendapat ilmu yang dicari, lebih baiknya menghindar dari hal hal yang dapat merusak احْقِ الْحَقَّ حَقَّ الْمُعَلِّمِ وَأَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍro aytu ahaqqul haqqi mualimu, waawjabahu hifdzan ala kulli berpendapat dengan sangat sungguh yakni keharusan bagi tiap orang untuk menunjukan hal yang benar. Dan lebih ditekadkan untuk lebih wajib memahami dijaga oleh seluruh orang islam yang ingin bisaaku wis neqadake luwih haq haqi bener, yaiku haq e wangkang nuduhake barang bener. lan luweh tak tekadke luweh wajib din rekso mungguhe kabih wong islam kepengen bisoلِقَدْحَقَ أَنْ يُهْدَى إِلَيْهِ كَرَامَةً لِتَعْلِيمِ حَرْفٍ وَاحِدٍ الْفِ دِرْهَامٍlaqod haqqa ay yuhda ilaihi karamatan, lita'limi kharfi wahidin alfu dirhaminseharusnya guru harus diberi hadiah seribu dirham, dengan tujuan memulyakan karena mengajar satu huruf hingga fahamguru wis mesti dihadiahi sewu dirham, mulyaake kerana mulang huruf siji tur fahamتَغْرَبُ عَنِ الْأَوْطَانِ فِي طَلَبِ أَلْعَلَا وَسَافَرَ فَفِي الْأَسْفَارِخَمْسِ فَوَائِدًاtaghorob anil authoni fi tholabil ilmu ula, wasafir fa fil asfari khomsun dari desamu untuk memperoleh kemulyaan, karena terdapat lima perkara yang ditemukan di tempat hijrahlungo o songko deso perlu ngudi kamulyan, kerono limang perkoro den temu ing هُمْ وَاكْتِسَابُ مَعِيشَةٍ وَعِلْمٍ وَادَّابٍ وَصُحْبَةِ مَاجِدٍtafarruju hammin waktisabu maisyatin wailmun waadabun wa suhbatun majidisatu hilangnya susahdua rizqinya bertambahtiga bertambah ilmu menyebabkan bahagiaempat, makin bagusnya tata kramalima, mendapatkan teman yang mulyasiji ilange susah, loro rizqine tambah, kaping telu tambah ilmu nyebabaki bungah, kaping papat bisa baguse tata krama, kaping lima merkuleh konco kang mulyoPenutupsebab-sebab dari kerusakan ilmu menurut kitab alala adalah adanya orang alim yang tidak mengamalkan ilmu tersebut. jadi anjuran dari kitab alala ini sudah sangat lengkap dimulai dari bagaimana syarat mencari ilmu, etika dan manfaat. Hingga diakhiri dengan hal yang harus dilakukan setelah mendapatkan ilmu adalah dengan mengamalkannya. Demikian tulisan tentang etika manfaat dan syarat mencari ilmu di kitab alala kami akhiri. Beberapa penulisan berupa harakat, translasi, dan transliterasi ke bahasa indonesia belum lah sempurna. Oleh karena itu kami mohon maaf atas kelalaian kami tersebut. Kiranya Anda dapat membenarkan lewat halaman kontak di website Yuk share linknya!
\n \n\n\n \n\n adab mencari ilmu dalam kitab alala
kegiatan belajar atau mencari ilmu pengetahuan, pengajian, penuntutan (ilmu pengetahuan): beberapa orang pelajar dr sekolah tersebut akan melanjutkan ~ mereka di luar negeri; 3. yg berkaitan dgn pengajaran ilmu pengetahuan: masalah ~; 54 ~ dewasa pelajaran bagi orang dewasa (yg tidak bersekolah sebelumnya); ~ percuma pelajaran yg tidak PARA ulama selalu menekankan masalah adab dalam mencari ilmu. Karena yang menjadikan ilmu itu bermanfaat dan berkah adalah bila disertai dengan akhlak dari para penuntut ilmu. Saya ingin mengungkapkan kata-kata Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah, seorang ulama salaf terkemuka, seorang tabi tabi’in yang hidup sebelum masa Imam Al-Syafi’i rahimahullah. Beliau mengatakan bahwa ada enam tata krama mencari ilmu; Pertama Ikhlas, Kedua Mendengar dengan baik, Ketiga Memahami, Keempat Menulis, Kelima Beramal dengan ilmu dan Keenam Mengajarkan ilmu kepada orang lain. Sulitnya Menjaga Ikhlas Betapa banyak manusia saat ini yang menghadiri majelis ilmu, menuntut ilmu agama dalam keadaan tidak ikhlas. Entah itu hanya ingin mengisi waktu luang, atau ingin mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang, atau mengincar imbalan tertentu, penghargaan tertentu, ingin dilihat dan dikagumi oleh sebagian manusia, dan sebagainya. Tidak sedikit kita saksikan tokoh dai menyampaikan ilmu di mimbar, di kanal Youtube menyerang atau sekurang-kurang ada motif meremehkan lainya. Sesungguhnya materinya baik, namun disajikan dengan cara tidak baik, maka ilmu itu tidak sampai, kecuali hanya untuk gagah-gagahan, atau bahan debat dan berbantah-bantahan. Allah SWT dan Rasulullah ﷺ memarahi ibadah tanpa disertai keikhlasan. Ikhlas adalah perintah Allah SWT. Mempelajari ilmu agama adalah fardu ain yang wajib bagi setiap individu muslim. Rasulullah ﷺ bersabda طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” HR Ibnu Majah no. 224 Ketika petunjuk ini datang dari Nabi ﷺ , maka mengerjakannya adalah ibadah, dan setiap ibadah harus dibangun di atas keikhlasan. Jika kita hanya mencari ilmu untuk mengisi waktu luang kita, kita tidak mendapatkan pahala apapun. Menuntut ilmu adalah ibadah, dan setiap ibadah dibangun dengan ikhlas dan mengikuti Nabi ﷺ Allah SWT berfirman وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ “Kamu tidak diperintahkan untuk beribadah kepada Allah kecuali dengan ikhlas.” QS Al-Bayyinah 5 Nabi ﷺ meriwayatkan tentang keikhlasan dalam sebuah hadits yang terkenal إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيِهِ “Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap manusia tergantung niatnya. Barang siapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, barang siapa hijrah karena dunianya atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya itulah yang dia niatkan.” HR Bukhari dan Muslim Imam Al-Syafi’i ketika melihat hadits ini berkata, “Hadits ini termasuk dalam 70 cabang cabang ilmu.” Hadits ini cukup bermakna bagi yang paham tentang keikhlasan. Imam Al-Bukhari menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Imam Al-Nawawi dalam kitab Riyadhus Solihin menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Dalam kitab Al-Azkaar beliau menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Dalam kitab Hadits 40, beliau menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Hal ini menunjukkan bagaimana para ulama dulu ketika hendak menulis, mereka mengingatkan diri pada keikhlasan, niat. Hal ini juga menunjukkan betapa niat yang tulus harus ada dalam setiap amalan ibadah yang akan dilakukan. Jadi kita perlu melihat niat dengan serius. Karena niat manusia mendapat pahala, karena niat manusia mendapat dosa. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang menceritakan tentang tiga golongan manusia yang di dunia dimuliakan oleh masyarakat. Kelompok pertama adalah orang yang jatuh di medan perang. Dia dipanggil dan ditunjukkan kepadanya nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya, dan bertanya kepadanya apa yang telah dia lakukan dengan bantuan itu. Maka dia berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku telah berjuang di jalan-Mu sampai aku jatuh di medan perang’. Kemudian Tuhan berkata, Kamu telah berbohong. Sebaliknya Anda berjuang untuk dikatakan sebagai pria pemberani, dan Anda telah dikatakan demikian’. Maka ia diseret dengan mukanya, lalu dilemparkan ke dalam api Neraka. Kelompok kedua adalah orang-orang yang mencari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an. Dia dipanggil, kemudian ditunjukkan kepadanya nikmat yang telah diberikan kepadanya, kemudian dia ditanya tentang hal itu. Dia berkata, Sesungguhnya aku telah menuntut ilmu dan mengajarkannya untuk-Mu ya Allah, dan aku telah membacakan Al-Qur’an untuk-Mu ya Allah.’ Kemudian dikatakan kepadanya, Engkau bohong. Kamu menuntut ilmu agar kamu dikatakan orang yang shaleh, dan kamu membaca Al-Qur’an agar kamu dikatakan qari’, dan kamu telah dikatakan demikian oleh orang-orang.’ Maka dia diseret dengan mukanya. di tanah dan dilemparkan ke dalam api Neraka. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang telah dilimpahkan kepadanya oleh Allah dengan memberikan segala bentuk harta kepadanya. Mereka dipanggil dan ditunjukkan nikmat yang telah diberikan, dan ditanya apa yang telah dilakukan dengan nikmat itu. Mereka menjawab, Sungguh, tidak ada cara bagiku untuk menafkahkan karena-Mu, ya Allah, tetapi aku telah menafkahkan dengan cara itu.’ Allah berfirman, Engkau berbohong. Engkau memiliki infaq hanya agar dikatakan oleh manusia sebagai orang yang dermawan, dan engkau telah dikatakan demikian oleh manusia.*/ Fathul Bari Mat Jahya Muslimabad pertengahan yang bernama Imam al-Al-zarnuji dalam kitab Alala Tanalul ‘Ilma. Tulisan ini mendapatkan ilmu pengetahuan serta mendapatkan manfaat ilmu pengetahuan yang dicita-citakan. “Konsep Adab Belajar Murid Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim” oleh A. Kholik (2013) yang menyimpulkan Maulidi Situbondo (Keunikan Kitab Khawash Al-Qur'an - Karya Imam Al-Ghazali)Lufaefi, Brebes (Kitab Alala Lirboyo Mengharmoniskan Adab dan Akhlak Pencari Ilmu)A. Saepul Munir, Subang (Kitab Ma Dza Fi Sya'ban Bantah Bid'ah Amalan Nisfu Sya'ban)Habibullah, Sumenep (Pelaku Bid'ah Tarawih dalam Kitab Hujjah Ahlussunah wal Jamaah)Rokhimah, . 348 283 22 133 209 237 350 327

adab mencari ilmu dalam kitab alala